Harga Sebuah Percaya

Percaya akan kemampuan diri. Aku tengah berada pada fase beranjak dewasa. Dewasa dalam artian fisis dan psikologis. Sebelumnya, aku telah melewati tahap bayi, anak-anak, remaja, dan kini dewasa.

Dulu ketika aku masih kecil, aku ingin sekali segera menjadi orang dewasa. Tiap sebelum tidur memikirkan dan membayangkan kehidupan orang dewasa. Bahkan, aku sampai pernah terbawa mimpi tatkala menjadi orang dewasa. Pikirku saat itu, kehidupan orang dewasa adalah fase yang sangat menyenangkan. Bertemu banyak orang baru, pergi ke luar daerah, apapun yang dimau dapat dibeli, lebih bebas dan sebagainya.

Namun, realitanya tidak semenggembirakan itu. Pandanganku mengenai fase dewasa jaman dulu bak kisah sinetron di televisi yang aku lihat, ternyata tidak sebahagia itu. Begitu banyak duri-duri yang menancap dalam hidup di sebalik priviledge yang diperoleh. Kesimpulan itu aku dapatkan dari pengamatan terhadap lingkungan dan pengalaman pribadi selama berpuluh tahun.

Hei, jika kamu masih berpikir bahwa dewasa itu menyenangkan coba lihat sudut pandang yang lain. Bagi sebagian orang mungkin merasakannya, tapi tidak sedikit yang menyembunyikan rasa lara di balik senyuman menyenangkan. Seperti pepatah "don't judge book by its cover" apa yang dicitrakan manusia tidak selamanya sama dengan kondisinya. So, mereka-mereka yang kamu lihat bahagia dengan fase dewasanya mungkin sedang terluka menahan tekanan  di hidupnya. Namun pandainya, ia tidak menampakkannya.

Sekadar info, ini  hanya sekadar  pengamatanku saja selama ini. So, kalau kamu tidak setuju akan hal tersebut tidak mengapa. Boleh berbeda pendapat atau pandangan kok. Silakan berkomentar tetap pakai akal ya.

Kembali ke topik, fase dewasa ini yang awalnya aku pikir hebat dan menakjubkan ternyata memerlukan banyak pengorbanan. Aku banyak belajar tentang semua hal. Terutama mengenai kepercayaan. Ketika aku menaruh kepercayaan yang besar terhadap seseorang, banyak di antara mereka yang justru hianat. Padahal, kepercayaan harganya sangat mahal. Jadi, aku mengerti bahwa janganlah kita menyandarkan kehidupan kita kepada orang lain. Yap, menjadi manusia yang mandiri.

(***) Erna Y. Myesha 02/07/2023